TETRALOGI FALLOT
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tetralogi
fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan
dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus
persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan,
diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya.
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan
yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.
B. Permasalahan
Permasalahan
yang timbul sehingga disusunnya asuuhan keperawatan ini adalah bagaimana
seharusnya tindakan asuhan keperawatan pada kasus tetralogi fallot?
C. Tujuan
Tujuan disusunnya
asuhan keperawatan ini adalah:
1.
Tujuan
Umum
Untuk memenuhi kegiatan belajar
mengajar dari mata kuliah Keperawatan Anak I.
2.
Tujuan
Khusus
a.
Memperoleh
gambaran mengenai Tetralogi Fallot (TF).
b.
Dapat
memahami tentang konsep asuhan keperawatan pasien dengan Tetralogi
Fallot (TF).
D. Manfaat
Manfaat dari
penyusunan asuhan keperawatan ini, yaitu:
1.
Kegunaan
Ilmiah
a.
Sebagai
bahan bacaan bagi mahasiswa
b.
Sebagai
salah satu tugas akademik
2.
Kegunaan
Praktis
Bermanfaat bagi tenaga perawat
dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan Tetralogi
Fallot (TF).
BAB
II
KONSEP
MEDIS
A. Pengertian
Tetralogi
fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan.
Komponen
yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah
stenosis pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal
bersifat progresif , makin lama makin berat.
B. Etiologi
Pada
sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan
tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1.
Faktor
endogen
·
Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom.
·
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit
jantung bawaan.
·
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau
kelainan bawaan.
2.
Faktor
eksogen
·
Riwayat
kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau
suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.
aminopterin, amethopterin, jamu).
·
Ibu
menderita penyakit infeksi : rubella.
·
Pajanan
terhadap sinar -X
Para ahli
berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
adaah multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab
harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke
delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.
C. Patofisiologi
Tetralogi
fallot adalah kelainan jantung sianotik kongenital yang terdiri atas empat
defek struktural: (1) defek septum ventrikular; (2) stenosis pulmonal, yang
dapat berupa infundibular, valvular, supravalvular, atau kombinasi, yang
menyebabkan obstruksi aliran darah ke dalam arteri pulmonal; (3) hipertrofi
ventrikel kanan; dan (4) berbagai derajat overriding aorta. Defek septum
ventrikular rata-rata besar. Pada anak dengan tetralogi fallot, diameter
aortanya lebih besar dari normal, sedangkan arteri pulmonalnya lebih kecil dari
normal. Gagal jantung kongestif biasanya dikaitkan dengan defek yang
mengakibatkan suatu pirau besar dari kiri ke kanan, seperti yang ditemukan pada
defek septum ventrikular yang berakibat oada gagal curah rendah atau tinggi.
Namun, pada tetralogi fallot, gagal jantung kongestif biasanya tidak terjadi
karena stenosis pulmonal mencegah gagal curah tinggi (mencegah aliran darah
pulmonal terbesar dan pirau dari kiri ke kanan) dan karena defek defek
ventrikular mencegah gagal ventriikel kanan. Hipoksia merupakan masalah utama.
Derajat sianosis berhubungan dengan beratnya obstruksi anatomik terhadap aliran
darah dari ventrikel kanan ke dalam arteri pulmonal, juga terhadap status
fisiologis anak tersebut.
Kebanyakan
anak dengan tetralogi fallot direncanakan untuk menjalani bedah jantung; namun,
indikasi untuk koreksi total versus penanganan paliatif bergantung pada
kebijakan ahli bedah dan institusi. Koreksi tetralogi fallot total meliputi
menutup defek septum ventrikular dan menghilangkan obstruksi terhadap aliran
ventrikular kanan.
Paliasi
bedah yang sering dilakukan pirau Blalock-Tausing, yaitu meletakkan pirau
Gore-Tex dari arteri subklavia sampai cabang arteri pulmonal. Prosedur biasanya
dilakukan sebelum anak berusia 2 tahun untuk meningkatkan aliran darah
pulmonal. Derajat resiko bedah bergantung pada diameter arteri pulmonal; jika
diameter arteri pulmonal paling tidak spertiga dari diameter aorta, resiko
kurang dari 10%.
D. Manifestasi
Klinik
1.
Sianosis, muncul setelah periode neonatal, walaupun anak
yang mengalami obstruksi aliran ventrikular kanan derajat rendah dapat
asianotik.
2.
Serangan hipersianotik selama masa bayi, juga dikenal
sebagai “Tet Spells”.
·
Peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan
·
Dispnea awitan mendadak
·
Perubahan kesadaran, iritabilitas sistem saraf pusat yang
dapat berkembang sampai latergi dan sinkop serta akhirnya menimbulkan kejang,
stroke dan kematian (terjadi pada 35% kasus).
3.
Jari tabuh (clubbing)
4.
Pada awalnya tekanan darah normal, dapat meningkat
setelah beberapa tahun mengalami sianosis dan polisitemia berat.
5.
Posisi jongkok klasik, mengurangi aliran balik vena dari
ekstremitas bawah dan meningkatkan aliran darah pulmonal dan oksigenasi
arterial sistemik.
6.
Gagal tumbuh
7.
Anemia (jika terdapat hipoksia dan polisitemia berat),
menyebabkan perburukan gejala.
8.
Penurunan toleransi terhadap latihan.
9.
Asidosis
10. Murmur
(murmur ejeksi sistolik pada garis sternal kiri atas).
11. Posisi
lutut atau kepala ke dada selama serangan atau setelah latihan.
E. Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Radiografi dada, menunjukkan peningkatan atau penurunan
aliran pulmonal; ukuran dan batasnya.
2.
Elektrokardiogram (EKG), menunjukkan hipertrofi ventrikel
kanan, hipertrofi ventrikel kanan, atau keduanya.
3.
Nilai gas darah arteri, mencerminkan aliran darah
pulmonal obstruktif (peningkatan tekanan parsial karbondioksida [PCO2],
penurunan tekanan parsial oksigen [PO2], dan penurunan pH).
4.
Hematokrit atau hemoglobin, memantau viskositas darah dan
mendeteksi adanya anemia defisiensi besi.
5.
Ekokardiogram, mendeteksi defek septum, posisi aorta, dan
stenosis pulmonal.
6.
Kateterisasi Jantung, peningkatan tekanan sistemik dalam
ventrikel kanan; penurunan tekanan arteri pulmonal dengan penurunan saturasi
hemoglobin arteri.
7.
Hitung trombosit, biasanya menurun.
8.
Uji telan barium, menunjukkan pergeseran trakea dari
garis tengah ke arah kiri.
9.
Radiografi abdomen, mendeteksi kemungkinan adanya
kelainan kongenital lain.
F. Penatalaksanaan
1.
Oksigen, digunakan untuk melebarkan vaskularisasi
pulmonal.
2.
Diuretik (misalnya furosemid [Lasix]), diuretik penghemat
kalium digunakan untuk meningkatkan diuresis, mengurangi kelebihan cairan;
digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung
kongestif.
3.
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi jantung, isi
sekuncup, dan curah jantung sertamenurunkan tekanan vena jantung; digunakan
untuk mengobati gagal jantung kongestif dan aritmia jantung tertentu (jarang
diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)(.
4.
Besi, untuk mengatasi anemia.
5.
Propranolol (inderal), suatu penyekat beta, menurunkan
denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas miokardium; dipakai
untuk mencegah atau mengobati serangan hipersianosis.
6.
Morfin, suatu analgesik, meningkatkan ambang rasa sakit;
juga dipakai untuk mengobati serangan hipersianosis dengan menghambat pusat
pernapasan dan refleks batuk.
7.
Natrium karbonat, suatu pengalkali sistemik kuat, diapaki
untuk mengobati asidosis dengan mengganti ion bikarbonat dan memulihkan
kapasitas buffer tubuh.
G. Komplikasi
Komplikasi
dari tetralogi of fallot pada anak yaitu:
1.
Trombosis pulmonal
2.
CVA trombosis
3.
Abses otak
4.
Perdarahan
5.
Anemia relatif
BAB
III
KONSEP
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Riwayat kehamilan
Ditanyakan
sesuai dengan yang terdapat pada etiologi (faktor endogen dan eksogen yang
mempengaruhi).
2.
Riwayat tumbuh
Biasanya
anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatiq selama makan dan
peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
3.
Riwayat psikososial/ perkembangan
·
Kemungkinan mengalami masalah perkembangan.
·
Mekanisme koping anak/ keluarga.
·
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
4.
Pemeriksaan fisik
·
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan
sianotik,bayi tampak biru setelah tumbuh.
·
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
·
Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic
spells/paroxysmal hiperpnea, hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas
cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
·
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat
berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali.
·
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras
didaerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
·
Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II
tunggal dan keras.
·
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih
besar tampak menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan.
·
Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
5.
Pengetahuan anak dan keluarga :
·
Pemahaman tentang diagnosis.
·
Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosis.
·
Regimen pengobatan.
·
Rencana perawatan ke depan.
·
Kesiapan dan kemauan untuk belajar.
6.
Kaji adanya perubahan status kardiopulmonal dan
kardiovaskular.
7.
Kaji tingkat aktivitas dan tahap perkembangan anak
(praoperasi).
B. Diagnosa
1.
Gangguan pertukaran gas b.d penurunan
alian darah ke pulmonal
2.
Penurunan kardiak output b.d sirkulasi
yang tidak efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
3.
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan
sirkulasi (anoxia kronis , serangan sianotik akut)
4.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
5.
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
6.
Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
7.
Koping keluarga tidak efektif b.d kurang
pengetahuan klg tentang diagnosis/prognosis penyakit anak
8.
Risti gangguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan
tekanan intrakranial sekunder abses otak, CVA trombosis
C. Intervensi
1.
Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak
efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan: Anak dapat
mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Intervensi:
a.
Monitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill
dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri,
duduk dan tiduran jika memungkinkan
b.
Kaji dan catat denyut apikal selama 1 menit
penuh
c.
Observasi adanya serangan sianotik
d.
Berikan posisi knee-chest pada anak
e.
Observasi adanya tanda-tanda penurunan sensori :
letargi,bingung dan disorientasi
f.
Monitor intake dan output secara adekuat
g.
Sediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan
dampingi anak pada saat melakukan aktivitas
h.
Sajikan makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi
kafeine.
i.
Kolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax,
pemberian obat-obatan anti disritmia
j.
Kolaborasi pemberian oksigen
k.
Kolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus
2.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan: Anak
menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah,
nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Intervensi:
a.
Catat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum,
selama dan sesudah melakukan aktivitas.
b.
Anjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat
terlebih dahulu.
c.
Anjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada
saat buang air besar.
d.
Jelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang
boleh dilakukan oleh pasien.
e.
Tunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa
aktivitas melebihi batas
f.
Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah
kemandirian anak sesui dengan indikasi
g.
Jadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan
kemampuan anak.
3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan : anak dapat makan
secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal
dan pertumbuhan normal.
Intervensi :
a.
Timbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada
alat ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
b.
Catat intake dan output secara akurat.
c.
Berikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi
kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi
bermain).
d.
Berikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu
makan anak.
e.
Berikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat
makan.
f.
gunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu
istirahat di sela makan dan sendawakan.
g.
gunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress
pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak.
h.
berikan formula yang mangandung kalori tinggi yang
sesuaikan dengan kebutuhan.
i.
Batasi pemberian sodium jika memungkinkan.
j.
Bila ditemukan tanda anemia kolaborasi pemeriksaan
laboratorium
D. Implementasi
1.
Penurunan kardiac output b.d sirkulasi yang tidak
efektif sekunder dengan adanya malformasi jantung
Tujuan: Anak dapat
mempertahankan kardiak output yang adekuat.
Implementasi:
a.
Memonitor tanda vital,pulsasi perifer,kapilari refill
dengan membandingkan pengukuran pada kedua ekstremitas dengan posisi berdiri,
duduk dan tiduran jika memungkinkan.
b.
Mengkaji dan mencatat denyut apikal selama 1
menit penuh.
c.
Mengobservasi adanya serangan sianotik.
d.
Memberikan posisi knee-chest pada anak.
e.
Mengobservasi adanya tanda-tanda penurunan sensori :
letargi,bingung dan disorientasi.
f.
Memonitor intake dan output secara adekuat.
g.
Menyediakan waktu istirahat yang cukup bagi anak dan
dampingi anak pada saat melakukan aktivitas.Sajikan
makanan yang mudah di cerna dan kurangi konsumsi kafeine.
h.
Mengkolaborasi dalam: pemeriksaan serial ECG, foto thorax,
pemberian obat-obatan anti disritmia.
i.
Mengkolaborasi pemberian oksigen.
j.
Mengkolaborasi pemberian cairan tubuh melalui infus.
2.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan: Anak
menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah,
nadi, irama dalam batas normal) tidak adanya angina.
Implementasi:
a.
Mencatat irama jantung, tekanan darah dan nadi sebelum,
selama dan sesudah melakukan aktivitas.
b.
Menganjurkan pada pasien agar lebih banyak beristirahat
terlebih dahulu.
c.
Mengannjurkan pada pasien agar tidak “ngeden” pada
saat buang air besar.
d.
Menjelaskan pada pasien tentang tahap- tahap aktivitas yang
boleh dilakukan oleh pasien.
e.
Menunjukan pada pasien tentang tanda-tanda fisik bahwa
aktivitas melebihi batas.
f.
Membantu anak dalam memenuhi kebutuhan ADL dan dukung kearah
kemandirian anak sesui dengan indikasi.
g.
Menjadwalkan aktivitas sesuai dengan usia, kondisi dan
kemampuan anak.
3.
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori,penurunan nafsu makan
Tujuan : anak dapat makan
secara adekuat dan cairan dapat dipertahankan sesuai dengan berat badan normal
dan pertumbuhan normal.
Implementasi :
a.
Menimbang berat badan anak setiap pagi tanpa diaper pada alat
ukur yang sama, pada waktu yang sama dan dokumentasikan.
b.
Mencatat intake dan output secara akurat.
c.
Memberikan makan sedikit tapi sering untuk mengurangi
kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan ( menggunakan terapi
bermain).
d.
Memberikan perawatan mulut untuk meningktakan nafsu
makan anak.
e.
Memberikan posisi jongkok bila terjadi sianosis pada saat
makan.
f.
Menggunakan dot yang lembut bagi bayi dan berikan waktu
istirahat di sela makan dan sendawakan.
g.
Menggunakan aliran oksigen untuk menurunkan distress
pernafasan yang dapat disebabkan karena tersedak.
h.
Memberikan formula yang mangandung kalori tinggi yang
sesuaikan dengan kebutuhan.
i.
Membatasi pemberian sodium jika memungkinkan.
j.
Mengkolaborasi pemeriksaan laboratorium bila
ditemukan tanda anemia.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka diharapkan
pasien dalam keadaan normal, seperti:
1.
Tanda-tanda vital normal sesuai umur.
2.
Tidak ada dyspnea, napas cepat dan dalam,sianosis, gelisah/letargi
, takikardi, mur-mur.
3.
Pasien komposmentis.
4.
Akral hangat.
5.
Pulsasi perifer kuat dan sama pada kedua ekstremitas.
6.
Capilary refill time < 3 detik
7.
Urin output 1-2 ml/kgBB/jam.
8.
Anak mau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
dijadwalkan.
9.
Anak mencapai peningkatan toleransi aktivitas sesuai umur.
10. Fatiq
dan kelemahan berkurang.
11. Anak
dapat tidur dengan lelap
12. Anak
menunjukkan penambahan BB sesuai dengan umur.
13. Peningkatan
toleransi makan.
14. Anak
dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.
15. Hasil
lab tidak menunjukkan tanda malnutrisi. Albumin,Hb.
16. Mual
muntah tidak ada.
17. Anemia
tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn and Sowden, Linda A. 2009. Buku Saku
Keperawatan Pediatri. EGC: Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak Buku 2. Salemba Medika: Jakarta
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2.
EGC: Jakarta.
Bambang M,Sri endah R,Rubian S,2005,Penanganan
Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak.
Sudigdo
& Bambang.1994,Buku Ajar kardiologi Anak,Jakarta,IDAI
Comments
Post a Comment